Rabu, 04 Februari 2015

Muslimah dan Pak Renggo, Jilbab cantik dan Tukang Kebun

Ketika Syamsul ditugaskan oleh atasannya untuk mengelola perkebunan di Sumatera, Muslimah terpaksa ikut dengan suaminya dan anak-anak mereka dititipkan pada neneknya di Jogyakarta karena kedua anaknya harus tetap bersekolah. Dan ditempat pindah mereka yang baru itu adalah sebuah pulau kecil dimana penduduknya masih terbelakang pola pikirnya. Ditempat tugas barunya Syamsul mendapatkan sebuah rumah perkebunan yang lengkap dengan segala fasilitasnya. Muslimah merasa sangat senang menempati rumah itu, dengan suasana alam pedesaan, disini Muslimah bisa menghindar dari Naryo. Setelah tiga bulan berada di pulau terpencil itu, kehidupan rumah tangga Muslimah masih berjalan seperti biasanya hingga suatu hari Mas Syamsul menawarkan pada Muslimah seorang tukang kebun untuk merawat pekarangan rumah dinas yang ditempatinya dan sekalian sebagai penjaga rumah.
Pak Renggo adalah seorang lelaki yang berusia 65 tahun namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dengan rambutnya yang telah memutih. Pak Renggo adalah seorang lelaki pekerja keras ia hanya memiliki sebidang tanah yang selalu digarapnya sendiri dan ditanami sayur mayur untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Isteri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak. Ketika ia ditawari Syamsul untuk bekerja dirumah dinas perkebunan, pak Renggo dengan sangat senang hati menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah dinas itu. Wajah lelaki tua itu nampak sangar mengerikan dalam pandangan Muslimah ketika pertama kali diperkenalkan oleh suaminya, namun lama kelamaan Muslimah sudah terbiasa berhadapan dengan pak Renggo yang berwajah jelek dan menyeramkan itu, apalagi pak Renggo orangnya sangat rajin membersihkan pekarangan rumah dan terkadang sering membantu Muslimah menanam bunga hingga rasa ketakutan Muslimah pada pak Renggo hilang dengan sendirinya karena sering bertemu setiap waktu.
Muslimah tak menyadari ketika seringnya mata pak Renggo melirik buah dadanya saat ia berjongkok menggemburkan tanah tanaman bunga, buah dada Muslimah sangat menggiurkan bergelayut indah hingga membuat pak Renggo bergairah dan ingin meremas buah dada Muslimah yang mengkal itu. Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam-macam pada isteri pak Syamsul yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan meskipun sebagai tukang kebun. Muslimah yang telah lama tidak merasakan hangatnya batang penis lelaki jantan seperti punya Naryo kini Muslimah sangat merindukan kehangatan itu.
Suaminya mas Syamsul tak mampu bercinta dan cepat berejakulasi hingga membuat Muslimah frustrasi dan kecewa selalu. Disuatu senja Muslimah melihat pak Renggo seketika Muslimah langsung terkesima saat melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya yang tergantung panjang dan besar seperti pisang tanduk. Muslimah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya, dengan tubuh menggeletar Muslimah memandang batang kejantanan pak Renggo yang berwajah sangar itu namun alat kelaminnya sungguh membuat Muslimah jadi menggelegak nafsu birahinya.
Muslimah tidak ingat lagi status sosialnya yang berdarah ningrat dan sebagai seorang isteri sah mas Syamsul, saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk-aduk dalam vaginanya. Pengalaman Muslimah saat disetubuhi oleh lelaki yang punya penis besar telah membangkitkan libidonya yang tertidur. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang-goyangkan penisnya.
Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Muslimah lalu membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi. Pak Renggo memang dengan sengaja melakukan itu karena bagaimana pun juga pak Renggo telah mengetahui bahwa ibu muda itu sedang terbelalak matanya melihat penisnya dari balik jendela berkaca hitam, pak Renggo sudah tahu kebiasaan Muslimah yang sering duduk menghadap jendela setiap sore hari sambil menghirup secangkir teh manis hangat. Maka dengan disengajanya lagi pak Renggo mengelus-ngelus batang kejantanannya yang berurat hingga ereksi seperti tongkat hitam, hanya itu yang bisa dilakukan oleh pak Renggo untuk memancing gairah ibu muda yang cantik isterinya pak Syamsul, adapun untuk berbuat selanjutnya pak Renggo tidak berani macam-macam. Mata Muslimah terbelalak lebar ketika melihat penis pak Renggo kian menegang dan besar dari balik jendela. Pak Renggo terus mengocok-ngocok penisnya disamping pohon nangka, dan terlihat wajah pak Renggo meringis nikmat sambil mengkhayalkan sedang menyetubuhi Muslimah, semakin lama semakin cepat kocokan pada penisnya, dan pak Renggo mengerang nikmat saat batang hitamnya menyemburkan lahar panas dan air mani pak Renggo seakan menyemprot ke jendela tempat dimana Muslimah terpaku menyaksikan pak Renggo beronani, karena jarak pohon nangka tempat pak Renggo beronani hanya berjarak dua meter dari jendela tempat Muslimah menyaksikan aksi gilanya pak Renggo.
Tubuh Muslimahpun ikut menggeletar saat melihat semprotan air mani pak Renggo begitu jauh jangkauannya seakan-akan menyembur ke wajahnya. Tuntas sudah hasratnya pak Renggo mempertontonkan onaninya, dan pak Renggo berpura-pura tidak tahu kalau ibu muda itu menyaksikan betapa dahsyatnya semburan air mani yang keluar dari penis beruratnya, lalu pak Renggo berjalan masuk ke dalam rumah dinas itu menuju kamar mandi.
Ketika saatnya makan malam tiba mas Syamsul mengajak pak Renggo untuk makan bersama, hidangan malam yang disediakan oleh Muslimah disantap habis oleh pak Renggo, dalam pikiran Muslimah bila seseorang dengan lahap menyantap makanannya hingga tuntas, lelaki tersebut pasti sangat lahap juga dalam bersetubuh. Malam itu Pak Renggo seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa dihadapan ibu muda itu, walaupun pak Renggo tahu bahwa Muslimah selalu memperhatikan gerak geriknya disaat mereka bertiga makan bersama.
Walaupun pak Renggo hanya bercelana komprang hitam namun Muslimah sangat tahu dibalik celana lebarnya tersembunyi batang penis panjang berurat yang tergantung sebesar pisang tanduk. Malam itu Muslimah gelisah saat berada ditempat tidur, disampingnya sang suami sudah tertidur pulas, Muslimah kemudian beranjak bangun keruang dapur untuk menghilangkan hausnya dan setibanya Muslimah didapur ia dikejutkan oleh suara pak Renggo yang menyapa ramah.
“Belum tidur ya.. bu!,”
“Oh ya pak Renggo, saya haus nih dan mau minum, saya susah tidur malam ini pak Renggo, gak tau tuh kenapa malam ini saya sulit sekali tidur,”
“Oh mungkin ibu banyak pikiran barang kali”, kata pak Renggo, “Atau ibu masuk angin dan gak enak badan jadi susah tidurnya.”
Lalu Muslimah ikut duduk disebuah bangku plastic yang tanpa sandaran, yang kemudian Muslimah terus menanggapi ucapannya pak Renggo sambil bercerita ngalor ngidul.
“Ya pak mungkin saya masuk angin nih” dan tanpa disuruh oleh Muslimah pak Renggo telah berdiri dibelakang Muslimah seraya berbisik ditelinga ibu muda itu.
“Ibu saya pijati ya biar hilang masuk anginnya” sambil tangan pak Renggo mulai memijati dengan lembut pundak Muslimah.
Muslimah lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk dipijati oleh pak Renggo. Tangan kekar pak Renggo serasa hangat dan geli dirasakan oleh Muslimah ketika menyentuh kulit halusnya, pijatan pak Renggo merambat naik ke leher jenjangnya dan dengan lembut pak Renggo memijat dengan jari-jarinya yang kasar pada tengkuk Muslimah, pijatan pak Renggo serasa nikmat dirasakan oleh Muslimah dan pada saat yang bersamaan sesuatu yang mengeras dan hangat menyentuh kulit punggung Muslimah dari balik baju tidurnya, pak Renggo tak hanya memijat pundak dan lehernya Muslimah akan tetapi juga pak Renggo menggesek-gesekan batang penisnya yang mulai menegang dari balik celana komprangnya pada punggung Muslimah.
Perempuan itu mulai dijalari sensasi birahi dan tubuhnya menggeletar seketika saat tangan kekar pak Renggo turun menelusuri memijat kedua lengannya, entah disengaja atau tidak jari kasar pak Renggo menyenggol kedua payudaranya yang ranum itu, dan dengan batang kejantanan pak Renggo yang kian menegang yang semakin menekan punggungnya serasa mengalirkan arus hangat penuh rangsangan.
Muslimah semakin mendesah ketika dengan tiba-tiba pak Renggo menciumi leher jenjangnya sambil berbisik ditelinga Muslimah.
“Ibu ingin merasakan hangatnya kejantananku? Ayo bu, bilang aja jangan malu-malu, saya tau ibu sangat menginginkannya malam ini dan saya tahu pak Syamsul tidak pernah memuaskan hasrat ibu”,
“Agggh…”
Muslimah bagai terhipnotis dengan ucapan lelaki tua itu, dan tubuh mulus isteri pak Syamsul sudah dalam keadaan telanjang ketika pak Renggo membopongnya masuk kedalam kamar yang sempit pak Renggo, Muslimah sudah sangat pasrah dalam cengkraman pak Renggo sebab didera nafsu birahi tinggi, meski pak Renggo telah berusia lanjut namun cara ia membuai kepekaan gairah kewanitaannya bisa diacungkan jempol hingga membuat Muslimah terbuai memasuki pusaran badai nafsu lelaki tua itu. Sekujur tubuh Muslimah habis dijilati dengan lidah kasar pak Renggo, dan buah dadanya tak luput dari sasaran mulut pak Renggo kemudian lelaki tua itu menghisap rakus putting susunya yang kian menegang, Muslimah mengerang bagai anak kucing ketika vaginanya dijilati oleh pak Renggo dan klitorisnya diemut emut gemas oleh lelaki tua itu, tubuh sintal Muslimah yang berdarah ningrat kian mengejang, tubuhnya melengkung keatas didera nikmat saat pak Renggo menggigit lembut klitorisnya.
“Aaaagggh Oooh ampuuuun pak Renggo”, Muslimah berkelojotan ketika jilatan serta gigitan gemas pak Renggo pada vaginanya membuat Muslimah orgasme seketika, malam itu erangan nikmat Muslimah memenuhi ruang kamar yang sempit sesempit vaginanya yang diobok-obok pak Renggo.
Ibu muda yang cantik beranak dua itu tak menghiraukan lagi keadaan sekitarnya, tak peduli bahwa suaminya sedang berada dirumah, kenikmatan itu telah membuat Muslimah jadi meracau tak karuan.
“Ooooooh pak Renggo setubuhilah aku sesukamu, cepat pak. Kapan saja kalau bapak mau saya selalu bersedia disetubuhi.”
Pak Renggo yang si tukang kebun telah membuat nyonya majikannya mengerang manja minta disetubuhi dengan permainan awalnya, sudah lama pak Renggo merindukan untuk dapat menyetubuhi perempuan cantik berdarah ningrat ini, namun baru malam itu pak Renggo dapat menyentuh kulit halus isteri pak Syamsul. Ketika mencapai puncak birahinya tiada lagi nampak watak darah birunya, yang ada hanya darah merah yang memacu jantungnya untuk mencapai klimaks nafsu birahi. Pak Renggo merenggangkan kaki indah Muslimah sambil dijilati telapak kakinya, tubuh Muslimah kian bergetar ketika jilatan lidah kasar pak Renggo pada telapak kakinya bagaikan arus aliran listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya, memek Muslimah nampak merah merekah dengan cairan bening yang telah meleleh keluar dari vagina saat otgasme, dan pemandangan lembah kenikmatan yang berumput subur itu membuat gairah nafsu pak Renggo menggelegak, penis beruratnya kian menegang dan Muslimah memejamkan matanya ketika batang hitam besar itu mulai menyentuh bibir vaginanya, Muslimah mengerang ketika pak Renggo mulai memasuki penisnya dengan perlahan.
“Oooooh pak besarnya, sakiiiiiit pak. Pelan-pelan pak. Agggh… Ampuuun”
“Sakitnya cuma sebentar koq bu, ibu saya entot ya? Ibu ikhlaskan kalau ibu saya setubuhi? Ibu bisa membedakan rasanya jika dientot sama saya, ibu suka dengan kontol besar ini?”, dan kata-kata kotor pak Renggo kian membuat nafsu birahi Muslimah memuncak, kata-kata itu seakan menghipnotis jiwanya yang akhirnya batang besar panjang pak Renggo semakin masuk kedalam liang vagina Muslimah yang sempit itu.
Blesssss…
Pak Renggo mendiamkan penisnya sesaat agar Muslimah dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya dan beradaptasi. Tubuh Muslimah menggeletar ketika menerima hangatnya kejantanan pak Renggo, liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan rasa kenikmatan mulai menderanya ketika pak Renggo dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina, lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam memek Muslimah dan itu dilakukan pak Renggo berulang-ulang kali hingga membuat biji mata Muslimah terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Muslimah melolong histeris.
“Oooooh ampunnnn pak, enaaaak, setubuhi saya paaaak terus pak” ibu muda yang berjilbab bila berada diluar rumah kini mengerang nikmat saat vaginanya ditusuk dengan penis hitam besar.
Lelaki tua yang bernama Renggo itu telah membuat sukma Muslimah serasa terbang ke awang-awang dan tubuh keduanya telah bersimbah keringat birahi, dengan gagah perkasa pak Renggo memacu kuda betinanya yang cantik dalam dekapan dan hentakan batang kejantanannya.
“Bagaimana Bu?. Enak ya rasa kontol besar panjang? He… heee… Ayo bu goyangin pantatnya dong. Rupanya ibu suka dientot sama penis besar ya?”. Dan kata-kata kotor pak Renggo membuat Muslimah semakin terangsang, kata kotor yang penuh sensasi itu dibisikan pak Renggo pada telinganya berulang-ulang sambil tetap mengayunkan pantatnya naik turun, gerakan hentakan penis pak Renggo mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita bertubuh sintal itu.
Muslimah pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dari pak Renggo dengan sewaktu Muslimah disetubuhi oleh suaminya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu sangat memuncaknya sampai ke ubun-ubun, permainan seks pak Renggo telah membuat Muslimah orgasme berkali-kali.
“Ouuugh bu. Memek ibu sungguh legit. Enak rasanya. Ssssaya mauuu keluar juga bu. Di dalam apa diluar nih?”
“Oooooh pak. Aaaampuuuun enaaaaknya di dalam saja, semburkan cepaaaat di dalam pejuhnya paaaaak, Aaaaghhh ampuuuun”.
“Ibu mau kalau saya hamili?”.
“Aaaaghhhh… Ya yaaa pak hamili saja saya pak Renggo”. Akal pikiran Muslimah telah buntu karena didera oleh kenikmatan dari semburan lahar panas lelaki itu, hingga tanpa sadar Muslimah meracau tak karuan.
Air mani pak Renggo yang menyembur sangat deras itu menyentuh dasar rahimnya sehingga membuat Muslimah berkelojotan dengan tubuh melengkung naik keatas mengangkat tubuh pak Renggo yang menindihnya. Penis berurat pak Renggo semakin dalam menusuk vagina Muslimah sampai mentok didasarnya. Pak Renggo mengaum bagaikan harimau luka, penisnya serasa disedot oleh cengkraman denyut memek Muslimah yang menggigit lembut.
“Ooooh memek ibu enaaaaak teunaaaan”.
Dan tubuh keduanya melekat jadi satu dengan deru nafas saling memburu keduanya mencapai puncak birahi. Muslimah tak menyangka walau tinggal di pulau terpencil ini ia bisa menikmati kembali sempurnanya permainan seks meski dengan lelaki tua namun sangat perkasa diranjang. Dan penampilan Muslimah sehari-hari tetap seperti biasanya, dengan baju panjang dan berjilbab namun Muslimah sudah bukan Muslimah yang seperti dulu lagi. Wanita berdarah ningrat yang alim itu namun dibelakang suaminya Muslimah adalah sosok perempuan yang haus akan batang kejantanan lelaki perkasa. Akibat Muslimah telah diperkosa oleh sahabat suaminya membuat Muslimah merindukan selalu batang kejantanan lelaki perkasa untuk dapat memuaskan dahaganya, Muslimah kini mengalami kelainan seks dan ia akan merasa puas bila disetubuhi oleh lelaki yang berpenis besar serta panjang. Dan untuk memenuhi hasratnya Muslimah telah mendapatkan dari tukang kebunnya, dan peluang itu juga tidak disia-siakan oleh pak Renggo untuk mencicipi tubuh seksi perempuan yang berdarah ningrat untuk disetubuhi.
Bila mas Syamsul pergi kota untuk beberapa hari, kesempatan untuk menyetubuhi Muslimah semakin leluasa dilakukan, dan terkadang Muslimah merengek-rengek minta disetubuhi oleh pak Renggo meski sang suami masih berada dirumah, Muslimah sering menyelinap masuk kedalam kamarnya pak Renggo dalam keadaan telanjang, dikamar sempit itu makhluk yang berlainan jenis itu memacu birahi liar dan buah dada Muslimah yang montok indah akan selalu menjadi sasaran mulut pak Renggo untuk menyusu pada ibu muda itu. Erangan nikmat Muslimah serta goyangan erotisnya ketika disetubuhi pak Renggo menjadi obat perangsang birahi buat lelaki tua itu untuk selalu menghempaskan Muslimah kepusaran badai kenikmatannya.
Jadilah Muslimah budak nafsunya pak Renggo dan pak Renggo selalu membuat tuntas nafsu birahi Muslimah hingga Muslimah dibuat mengerang… mengejang…
Ketika dengan liar Muslimah bergoyang erotis diatas tubuh kekar pak Renggo, sambil meremas-remas payudara Muslimah, mata pak Renggo merem melek menikmati goyangan pinggul Muslimah dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratnya. Muslimah bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di dada bidang pak Renggo.
“Oooooh yeeeeah” tubuh ibu muda itu meliuk-liuk bagai penari jalang,
“Aaaggggh… Ouuuuuph… paaaak… kontolnya sampai mentoooook, enak paaaak”.
Tubuh Muslimah berkilau indah bermandikan keringat birahi ketika berada diatas tubuh kekar yang dikangkanginya. Muslimah dengan bersemangat memacu kuda jantannya untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang naik turun semakin liar membenam pada penis berurat pak Renggo dan memek Muslimah semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vagina. Dengan kepala mendongak keatas dan biji mata membelalak Muslimah terus dan terus memacu diatas tubuh kekar lelaki tua tukang kebunnya. Pak Renggo memberikan kesempatan pada ibu muda itu untuk meraih sendiri kenikmatan nafsu birahi, tangan kekar pak Renggo tidak tinggal diam, dengan kasar diremasnya pantat bahenol Muslimah hingga Muslimah mengerang menahan sakit bercampur nikmat, remasan kasar disertai hentakan dari penis yang menusuk keatas kian liar.
Ketika Muslimah akan mencapai pada puncak birahinya, lalu disambarnya bibir pak Renggo dan Muslimah melumat gemas dengan bibir sensualnya sambil terus mengayunkan pantatnya naik turun. Tubuh keduanya melekat jadi satu bersimbah keringat birahi tinggi.
“Ooooouuh, ammmpun.. enaaak”, dan tubuh Muslimah berkejat-kejat diatas tubuh pak Renggo saat ia mendapatkan orgasmenya yang sempurna.
Muslimah memeluk erat tubuh kekar lelaki tua itu hingga kedua payudaranya melekat di dada berotot pak Renggo. Dan kini perempuan cantik berdarah ningrat itu ditindih gantian lagi oleh pak Renggo dan dengan buasnya pak Renggo menyetubuhi ibu muda itu sampai tubuhnya berkelojotan mendapatkan orgasmenya kembali, pak Renggo belum merasa puas kalau belum bisa membuat Muslimah mengerang histeris saat ia setubuhi, lalu ditengkurapkan tubuh Muslimah dengan posisi menungging dan dengan keras dihujamkan penis beruratnya ke dalam vagina yang sempit itu, tubuh Muslimah bergetar hebat saat Penis pak Renggo amblas masuk ke dalam liang memeknya yang telah becek, sambil meremas payudara indah Muslimah pak Renggo mengayunkan penisnya maju mundur dengan ganas dan liar, dengan geramnya kulit punggung Muslimah yang halus itu digigit oleh pak Renggo, rasa sakit bercampur dengan nikmat membuat tubuh Muslimah mengejang mengerang histeris.
“Aaammmpuuuuuun pak.. Ooooh terus pak.. entotin saya yang kuat paaaaak”.
Batang penis besar itu seakan merobek liang vagina Muslimah dan kedutan penis yang keras itu membuat dinding vaginanya secara elastis ikut berdenyut meremas-remas kontol pak Renggo.
“Ouuuuh.. Aggghh..”
Pak Renggo dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Muslimah yang berdenyut-denyut, lelaki tua itu masih tetap mempertahankan ejakulasinya agar jangan meledakan lahar hangat dipertengahan permainan liarnya saat memacu kuda betina yang sedang meringkik nikmat menuju garis finish. Rambut panjang Muslimah dibuat bagaikan tali kekang dan hentakan penis pak Renggo terkadang cepat terkadang perlahan. Saat ayunan penis pak Renggo dibuat perlahan dan lembut Muslimah mengerang, mengejang dan meracau.
“Ooooh… enak… enaaaak pak, terus paaaak saya suka dientot sama kontol besaaaaaar paaaaak”
Dan pantat Muslimah bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penis pak Renggo, tubuhnya menggeletar dan rasa sakit rambutnya yang dijambak oleh pak Renggo bercampur dengan rasa nikmat. Wajah Muslimah menengadah ke langit-langit kamar dengan kedua matanya terpejam, menikmati gesekan penis pak Renggo bagaikan gelombang disamudera.
“Ayooo bu goyang terus!…. Ayo sayangku yang binal goyang terus, teruuuus,”
Dan buah pantat Muslimah dipukuli oleh telapak tangan kasar pak Renggo, rasa sakit bercampur nikmat itu membuat gairah Muslimah semakin menggebu bagai orang kesurupan Muslimah menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tusukan penis pak Renggo. Tangan kekar pak Renggo tak pernah diam dan dengan gemas diremasnya kedua payudara Muslimah dengan kasar serta ayunan penisnya semakin liar dan cepat, dengan nafas memburu pak Renggo menghujamkan penis besarnya keluar masuk. Muslimah mengerang histeris bagai orang gila, tubuh Muslimah ikut berguncang-guncang akibat hentakan penis pak Renggo yang menyetubuhinya dari arah belakang.
“Aaaaaapuuuuuun pak… Oooooh…”.
Muslimah melolong panjang dengan tubuh berkelojotan, sambil mendekap dan meremas payudara Muslimah. Lalu pak Renggo membisikan sesuatu pada ibu muda itu.
“Ibu suka ya kalau saya entotin?. Ayoo bilang bu.”
“Yaaaa paak… teruuuus… enaaak pak”.
“Nah… artinya ibu sudah jadi isteri yang jalang yang suka kontol. Ayoo jawab… manisku.” Karena didera oleh rasa akan mencapai puncak kenikmatan, Muslimah menjawab sambil merengek.
“Oooooh pak… terus pak… setubuhi saya sesukamu. Aaaaah Ouuuuhggg… saya suka dientot sama bapak”.
Tiba-tiba dengan kuat dan kasar pak Renggo menghujamkan penis besarnya kembali hingga membuat Muslimah menjerit histeris.
“Ouuuuggh… Ampuuuuuuun saya sampai paaaak… enaaaaak pak… teruuuuus pak entot yang kuat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar