Rabu, 04 Februari 2015

Alya, Ahwat Jilbab Sexy

“Kak, aku pergi sekolah dulu yah…”
“Iyaaa… belajar yang bener, jangan macam-macam di sekolah kamu dek!”
“Nggak kok… mending macam-macam di rumah sama kakak, hehe”
“Hah? Apaan sih kamu…?"
“Bercanda kok kak…”
“Dasar…” Diapun mendaratkan ciumannya di keningku, seperti yang biasa dia lakukan ketika aku pamit ke sekolah. Ugh, sungguh senangnya tiap pagi selalu mendapatkan ciuman darinya, ciuman dari kakakku yang cantik dan seksi ini, tapi…
"Hehe.. Dado pamit juga ya kak.." ujar temanku bernama Dado yang menungguku dari tadi. Dia ikut mendekati kakakku dengan wajah sok polos dan cengengesan seperti ingin juga mendapatkan kecup manis dari kakakku.
"Kenapa Do? Kamu mau kakak cium juga?" Tanya kakakku seakan bisa menebak apa yang dipikirkan temanku itu.
"Hehe… Iya kak... boleh?" pinta Dado.
"Hihihi… duh kamu ini, Kakak tanyain Aldi dulu yah… Dek lihat tuh, temanmu mau dicium sama kakak juga tuh… Boleh nggak dek dia juga dapat ciuman dari kakak?” tanya kakakku meminta pendapatku.
"Ya nggak lah kak!" tolakku, gila aja kalau si jelek ini juga dapat ciuman dari kakakku.
“Tuh dengar, gak dibolehin sama Aldi, hihihi. Udah sana kalian, buruan berangkat”
“Iya iya… Buruan Do!” suruhku menyeret Dado, kalau lama-lama di sini ntar si Dado beneran bakal dapat ciuman dari kakakku lagi, tak rela aku! Akupun segera menyalakan motorku dan berangkat ke sekolah.
“Daagh kak Alyaa...”
"Daagh kak Alyaa cantik.. hehe.." pamit Dado juga ikut-ikutan. Kupret nih anak!
Namaku Aldi. Aku masih kelas 2 SMU. Di rumah ini aku hanya tinggal berdua bersama kakakku. Ya, hanya berdua saja karena kedua orang tua kami tinggal di kota yang berbeda dengan kami. Papaku yang bekerja di luar kota membuat Mama juga jadi harus mendampinginya di sana. Tapi bagiku tak masalah, karena selama ini aku ditemani oleh kakakku, Kak Alya.
Kak Alya saat ini sedang kuliah di salah satu PTS ternama di kota kami dan baru saja menjalani tahun pertamanya. Sungguh hari-hari yang kulalui sangat menyenangkan karena kakakku sangat memperhatikan diriku. Seperti memasakkan makanan untukku sehari-hari, sampai mengingatkan akan pakaian kotorku yang seharusnya dicuci. Tapi karena kakakku juga memiliki kesibukan kuliah, aku memilih untuk mencuci pakaianku sendiri. Walau terkadang justru ia yang ingin mencucikan pakaianku. Memang kakakku ini sangat baik. Hal itulah yang membuatku semakin suka bermanja-manja pada kakakku ini.
Kak Alya sehari-hari dikenal baik, ramah dan sopan di lingkungan perumahan kami. Dia tidak pernah pilih-pilih teman dalam bergaul. Walaupun kak Alya sudah memiliki pacar, tapi tetap saja banyak cowok yang nekat untuk medekatinya. Bahkan termasuk teman-temanku yang suka main kerumah dengan alasan bikin PR lah, main PS lah. Siapa juga sih yang tidak tertarik dengan cewek seperti kak Alya? Sudah cantik, sopan, ramah pula. Aku saja sampai tertarik padanya meskipun aku adalah adik kandungnya, hehe.
Sehari-hari, Kak Alya selalu berpakaian tertutup lengkap dengan jilbab bila keluar rumah atau saat sedang menerima tamu. Tapi ketika sedang di rumah saat hanya berdua denganku, kak Alya sering sekali berpakaian seadanya. Siapapun pasti memaklumi bila berpakaian seadanya saat berada di rumah tanpa ada orang lain yang melihatnya kecuali aku. Tapi yang kak Alya kenakan justru lebih dari sekedar seadanya. Bahkan bisa dibilang sangat seadanya, pakaian yang sangat minim! Karena hanya ada aku di rumah ini, maka akulah yang beruntung bisa melihat pemandangan indah ini setiap hari. Walaupun kadang-kadang teman-temanku juga kebagian rezeki dapat melihat penampilan kakakku berpakaian minim.
Seperti saat mengantarkan aku ke depan pintu tadi, kakakku ini hanya mengenakan tanktop putih ketat berbelahan rendah dengan bawahan celana pendek berwarna pink. Sungguh setelan yang mempertontonkan aurat-auratnya! Kulitnya yang putih mulus, lekukan tubuhnya yang indah, rambut hitam sebahunya yang digerai, serta semua bagian tubuhnya yang biasa ia tutupi bila keluar rumah itupun tersaji khusus untukku, adek laki-lakinya. Aku juga bisa pastikan kalau kak Alya tidak mengenakan apa-apa lagi dibaliknya karena aku bisa dengan jelas melihat tonjolan mungil pada bagian dadanya. Gimana aku nggak horni coba? Meskipun aku adeknya, tapi aku kan laki-laki biasa. Sialnya temanku tadi juga beruntung bisa melihatnya.
Tapi kak Alya sepertinya cuek-cuek saja dan tidak peduli bila dirinya selalu menjadi tontonan bagiku sehari-hari. Kak Alya seperti sudah biasa membiarkan dirinya dan cara berpakaiannya itu dipelototi bulat-bulat olehku. Malah sesekali kak Alya melempar senyum manisnya ketika tahu aku sedang memperhatikannya. Ugh, sungguh bikin gregetaaan! Mana dianya juga tak jarang mondar-mandir di depanku seperti seakan sengaja menggodaku. Gimana aku tidak pusing dibuatnya!?
Semakin lama aku malah berpikir kalau kak Alya sepertinya suka sekali jika aku memperhatikan dirinya. Terutama ketika kak Alya hanya berpakaian seadanya di rumah, dia betul-betul memamerkan kecantikannya itu padaku. Berbeda dengan kesehariannya di luar, kalau di rumah kak Alya sering menggodaku seolah-olah ia seperti perempuan nakal. Dan namanya laki-laki, aku pun sering merasa tak tahan dengan pemandangan yang selalu kak Alya suguhkan setiap hari buatku. Kak Alyaku yang cantik, putih, bening, dan seksi, dan nakal, akhirnya menciptakan khayalan yang tidak-tidak di dalam kepalaku. Dan berujung pada kegiatan rutin harian, yaitu urut-mengurut otongku sambil membayangkan kak Alyaku yang nakal.
Tentunya aku beronani membayangkan kakakku secara diam-diam, tapi akhirnya perbuatan aku itu ketahuan juga olehnya. Kejadiannya baru seminggu yang lalu…
“Adeeeeeek!” teriaknya kencang di depan kamar mandi waktu itu.
“Apaan sih kak? Berisik amat”
“Kamu onani?? Tuh pejumu belepotan di lantai kamar mandi! Cepat bersihin!”
“I..iya..” Duh, aku sungguh malu ketahuan habis onani oleh kakakku sendiri.
“Emang kamu udah bisa keluarin peju yah dek?” ujarnya menggodaku.
“Ya bisa dong kak… aku kan udah gede, hehe..”
“Iya.. makin gede tapi juga makin mesum kamunya…”
“Habisnya kakak sih… ups!” sial, aku keceplosan.
“Hah? Jangan bilang kalau kamu onani sambil ngayal kakak!? Ayo jawab!”
“Eh.. i..itu…” aku tergagap. Masak aku mengakui padanya kalau aku membayangkan kakakku sendiri sebagai objek onani sih? Tapi dia yang melihat aku tergagap malah tertawa terbahak. Dia tidak marah!
“Dasar kamu… sama kakak sendiri nafsu… sana cepat bersihin pejuhmu!” ujarnya lalu pergi membiarkanku sendiri membersihkan ceceran spermaku di lantai kamar mandi.
Setelah kejadian itu, kakakku ini malah semakin menjadi-jadi menggodaku. Bahkan dia mengizinkan aku untuk membayangkannya bila aku beronani. Malah beberapa hari yang lalu aku beronani di depannya, di depan kakakku sendiri sampai ejakulasi dan pejuhku berhamburan mengotori lantai kamar mandi. Waktu itu aku lagi-lagi kedapatan olehnya sedang onani, dia tidak sengaja masuk ke kamar mandi.
“Kamu sih dek… kakak kira gak ada orang… eh ternyata malah asik onani…”
“I..iya kak… maaf”
“Bayangin siapa kamunya? Bayangin kakak lagi?”
“Iya kak.. hehe”
“Dasar porno! Ya udah, lanjutin gih sana…” ujarnya kemudian ingin pergi, tapi ku tahan.
“kakak di sini aja dong…”
“Hah? Ngapain?”
“Temanin aku…” pintaku nekat, aku pasrah kalau dia bakal memarahiku, tapi siapa tahu kalau dia malah setuju.
“Apaain sih dek… Dasar… ya udah, kali ini aja yah…” dan ternyata dia memang setuju! Sungguh beruntung aku punya kakak seperti dia. Udah cantik, baik, pengertian sama adeknya lagi, hehe. Akupun lanjut beronani, namun kali ini ada kakakku di depanku. Mengocok penisku dengan melihat kakakku secara langsung! Mana dianya senyum-senyum terus kepadaku, mana tahan coba? Akhirnya spermakupun muncrat-muncrat dengan derasnya di depannya.
“Udah kan dek? Udah lega? Udah hilang kan pusingnya?”
“I..iya kak.. makasih”
“Jangan lupa bersihin tuh pejumu…”
“I..iya..”
Tapi ternyata tidak sekali itu saja aku beronani di depannya, kemarin dan dua hari yang lalu juga demikian. Tapi hanya sampai disitu saja, kak Alya masih selalu mengingatkanku bahwa kami adalah saudara kandung kakak beradik. Memang aku sadar bahwa sangat tidak pantas aku meminta hal ini padanya. Tapi nafsuku pada kakakku sendiri mengalahkan segala-galanya.
…………
Dan kini, siang sepulang sekolah aku langsung menuju rumah tanpa mampir-mampir kemana lagi. Apalagi kalau bukan untuk berduaan dengan kak Alya, bermanja-manjaan dengan kakakku yang cantik ini.
"Kak Alyaa.." panggilku melihat kak Alya sedari tadi mondar-mandir.
"Apa deek?" aku mendengar kak Alya menjawab sambil tersenyum manis. Sepertinya ia tahu kalau aku sedang memperhatikannya dari tadi.
"Ngapain sih kak dari tadi mondar-mandir? Pusing tau kak liatnya"
"Ooh, adek lagi pusing beneran? Atau pusing banget dek?" teguranku malah dijadikan candaan oleh kak Alya.
"Anu kak.. Hehe.. lagi pusing banget.." jawabku cengengesan, entah kak Alya tahu maksudku atau tidak.
"Hihi.. kamu tuh ya dek.. ga bisa apa bentar aja ga pusing.. masa tiap hari bilangnya pusing melulu.." kak Alya duduk disebelahku dan memberi jarak agak jauh.
"Abisnya, kak Alya juga siih.. tanggung jawab ya kalo aku sakit gara-gara pusing melulu.." candaku mengancam kak Alya, sekali lagi entah kak Alya mengerti maksudku atau tidak.
"Yee.. adek yang pusing kok kakak yang disalahin? Umm, adek belum makan kalii.. Tuh kak Alya udah masakin ikan goreng kesukaan adek"
"Aku pusing bukan karena laper kak.." jawabku sok bersungut walau sebenarnya aku memang lapar betulan, hanya saja ada yang jauh lebih lapar di banding perutku.
"Umm.. Adek pasti pusing karena belum dapet-dapet pacar yah? Hihi.. kasian banget sih kamu dek.. di rumah melulu siih.." kak Alya mencari jawaban yang aku kini malah dijadikan bahan candaan oleh kak Alyaku ini. Tapi seyum dan tawa ringan kak Alya membuatku bertambah pusing.
"Iya nih kak.. kenapa ya kok aku sukanya di rumah aja berdua sama kak Alya,? Hehe.." jawabku cengengesan sambil duduk merapat mendekati kakakku berharap kakakku tidak makin menjauh.
"Iya nih dek.. kakak juga sama. Kok sukanya di rumah aja yah sama adek berdua-duaan? Hihi.." sambil menjawab dengan tawa renyahnya kak Alya menggeser duduknya yang malah semakin mendekat ke arahku dengan tubuhnya yang dicondongkan kedepan. Wajah kami pun tampak berdekatan. Aku suka kaget sendiri kalo kak Alya menggodaku tiba-tiba seperti ini.
"Serius kak?" tanyaku balik seperti tak percaya akan jawaban kak Alya.
"Iya lho.. coba deh bayangin dek kalo ngga ada kakak.. Adek makan ga ada yang masakin.. baju kotor ga ganti-ganti.. sekolah kalo ga diingetin suka bolos, pake alasan nemenin kakaklah.. ga kebayang tuh dek, seminggu aja adek jadi kayak gembel.. Hihi.."
"Kak Alya!" dengan sebal dan gemas aku memajukan tubuhku sambil merentangkan tangan memeluk kakakku yang sukanya menggodaku.
"Adek! Aduuh.. Geli dek! Lepasin doonk! Hihi.. kakak belum selesai ngomong nih.." kak Alya meronta dari pelukanku yang jamahan tanganku bergerilya sampai kemana-mana. Tapi seperti biasa, kalau kak Alya seperti mau-mau saja kuperlakukan seperti ini.
Lalu karena aku penasaran akan lanjutan kak Alya, akupun menghentikan gerakan gerilyaanku walau aku masih tetap memeluk kak Alya yang kini posisiku jadi memeluk dari belakang karena rontaanya barusan.
".. Kalau adek lagi kambuh pusingnya, siapa yang ngobatin? Hmm?" tanyaku kak Alya seolah menunjukkan betapa tergantungnya diriku padanya.
"Hehe.. kak Alya donk, kan cuman kak Alya yang pinter ngobatin.." jawabku mesum.
"Kamu tuh ya dek.. bisa-bisanya kakak sendiri dicabulin, tiap hari lagi.. sana gih cari pacar.." sambil dengan gaya mengusir menepis-nepis pelukanku yang makin erat. Semakin erat pelukanku, semakin menempel tubuhku termasuk otongku yang sudah mulai mengeras merapat pada tubuh belakang kak Alya.
"Ga mau ah! Maunya sama kak Alya aja, udah baik, cantik, seksi lagi.. Uugh.." pelukku sambil mengangkat kakiku mengapit paha kak Alya dari belakang agar tak mudah lepas dari pelukanku. Dan membuat otongku semakin menggesek pada pinggul belakang kak Alya.
"Aduh adeek.. kok kakaknya dijepit begini sih? Kan kakak jadi ga bisa bergerak.." jawab kak Alya dengan nada manja.
"Uugh.. kak Alya.." mendengarnya menjawab dengan nada manja gemulai tak berdaya seperti itu malah justru membuatku semakin panas dingin.
"Dek.."
"Iya kak?"
"Udah?"
"Apanya ya kak?" jawabku pura-pura tak tahu.
"Itu tuuh yang dibelakang kakak.. ngeganjel tau deek.." kak Alya rupanya sadar aku mulai melakukan gerakan menggesek di pinggul belakangnya.
"Yaah, kak Alya.. sekali ini doonk.. yah? Lagian kan ga nempel langsung kok kak.. tapi kalo boleh nempel langsung Aldi seneng banget loh kak..Hehe.. yah kak? Pleasee.." pintaku memohon banget sama kakakku yang cantik ini.
"..Uumm.. boleh gak yaah?" kak Alya menggodaku seperti biasa dengan gaya genit pura-pura berpikir.
"Sekaliii aja kak.. Boleh yah?" aku memohon dengan wajah memelas sambil masih terus menggesek pelan pada pinggul kak Alya yang semakin lama mendekat ke belahan bongkahan bokongnya.
“Kamu tuh yaa, kalo dikasih hati langsung minta jantung sama kakak..”
“Hehe.. iya kak Alya, jantung kakak disini yah?” lanjutku bertanya balik sambil iseng memegang dada kak Alya.
“Adeeeeek! Tanganmu! Lepasiin…… ugh… geli… Adeek!” aku yang iseng terus melancarkan seranganku pada kak Alya malah semakin heran melihat dia yang bukannya marah, tapi malah kegelian. Tentu saja aku semakin berani dibuatnya, akupun meneruskan aktifitas tanganku di buah dadanya sambil menekan dan mempercepat goyangan pinggulku pada belahan pantat kakakku ini, dan kak Alya tetap saja hanya diam menerima perlakuan cabul dariku!
“Kak Alya.. maaf yah.. aku gak tahan ngeliat kakak kayak gini tiap hari..” sambil aku terus memeluk dan menggoyangkan pinggulku.
“...”
“Ngeliat kak Alya yang cantik, putih, harum, seksi.. Uugh.. kak Alya sih, godain aku terus!” aku makin mempercepat gerakan pinggulku, tapi kak Alya hanya diam saja.
“...”
“Kak?” panggilku karena kak Alya hanya diam saja dari tadi.
“...”
“Kak.. Kakak marah ya?” aku mulai penasaran, apakah kak Alya marah padaku karena aku semakin kurang ajar padanya? Aku mulai agak mengendurkan goyanganku.
“Bawel ah! Kamu mau nerusin atau mau udahan? Kalo udahan, kak Alya bangun nih ya?” tiba-tiba kak Alya buka suara. Aku terkejut karena ternyata kak Alya benar-benar tidak sedang marah, malah seperti menantangku untuk meneruskan kegiatanku.
“Eh! Ja..jangan kak.. Aku mau terusin kok.. Aku kira tadi kakak marah, hehe..”
“Nggak marah kok. Emangnya pernah kakak marah sama kamu?”
“Uumm.. ga pernah sih.. makanya aku sayang banget ama kak Alya, aku cinta banget sama kakakku yang seksi ini, hehe..”
“Huuu… dasar! Tapi ingat ya deek.. jangan sampai nyelip!”
“Kalo dikit aja kak?” aku mencoba peruntunganku dengan menawar, tidak ada salahnya, siapa tahu dia mau.
“Nggak! Inget ya dek… kita tuh saudara kandung, kakak adik.. jadi jangan yah adek..” Ah, dia tidak mau. Aku tak bisa memaksanya lebih jauh lagi.
“Iya deh kak..” jawabku agak setengah bersungut.
“Adeek…” kak Alya menoleh kebelakang untuk melihatku, dari nadanya dia seperti sedang baik-baikin aku yang sedang bersungut walau aku masih terus menggoyangkan pinggulku.
Tiba-tiba kak Alya melepaskan pelukanku, berpindah posisi tapi masih di kursi sofa tempat kami duduk berdua. Kak Alya dengan bergaya merangkak di atas sofa, bergerak maju menuju tepian tangan sofa menjauhiku. Aku masih tak mengerti apa yang kak Alya lakukan, tapi melihat goyangan pinggul dan pantatnya seakan kak Alya memang niat menggodaku untuk menerkamnya dari belakang. Kak Alya kemudian menoleh ke arahku mengintip dari balik pundaknya.
“Adeek.. sini deh.. kalau gesekin pake gaya doggy, adek mau nggak?” kak Alya dengan postur tubuh menungging membelakangiku bertanya lirih dan manja sambil menggigit bibir bawahnya. Tubuhku langsung panas dingin! Tentu saja aku mau!
“Uugghh! Kak Alya!” teriakku sambil menerkam dan menubruknya dari belakang.
“Hihihi... pelan-pelan! Hmm… dek, keluarin aja burungnya, kasian nanti malah bengkok ketekuk di dalam celanamu” suruh kak Alya sambil senyum-senyum. Haduh… tawaran apalagi ini? Tentu saja tidak ku tolak, segera ku bebaskan penisku dari celanaku.
“Kak.. aku selipin ke dalam celana kak Alya yah? Janji deh aku ga bakal masukin..”
“..Uumm.. Iyah.. tapi bener yah dek, jangan dimasukin..”
“Ouughh, kak Alyaku yang cantik dan baik.. nih kak..” Akupun menyelipkan penisku ke dalam celana kak Alya melalui lubang kaki celana pinknya itu. Seperti yang kuduga, kak Alya tidak mengenakan celana dalam! Sambil kuarahkan dan kutempelkan otongku pada belahan pantat kak Alya, tanganku memegang pinggang kak Alya. Kini posisiku mirip orang yang sedang menyetubuhi kak Alya dari belakang dengan gaya doggy.
“Ngghh.. deekk…. Sshhh… dasar kamu nakal” rintih kak Alya, mendengar suara rintihannya itu membuatku semakin larut dalam khayalan yang seolah-olah aku seperti sedang berhubungan badan dengan kakak kandungku sendiri. Ugh… kak Alya.
“Adeek.. kalo orang liat kita, pasti dikira kamu lagi ngapa-ngapain kakak…” kata kak Alya yang mulai memancing-mancing dengan omongan panasnya. Walau kami masih memakai pakaian lengkap, tetap saja pemandangan sebagai kakak adik yang sedang melakukan perbuatan cabul ini menumbuhkan sensasi yang membuat panas dingin bagi yang melihatnya.
“Kalo orang liat kak Alya sama aku lagi begini.. pasti mereka juga pengen kak..” imbuhku sambil terus menggesek otongku di sela-sela pantat dan kain celananya.
“Hihi.. iyah dek, kepengen ngentotin kak Alya juga yah merekanya? Samaan kayak adek..” mendengar kak Alya mengucapkan kata-kata kotor begitu malah membuat otakku semakin ngeres, membayangkan kak Alya benar-benar disetubuhi oleh orang asing akibat melihat tingkah laku kami. Bahkan lebih dari satu orang, saling berebut untuk mengentoti kakakku yang cantik dan seksi ini. Kak Alya benar-benar nakal, membayangkan dirinya disentuh orang lain selain aku ataupun pacarnya. Kak Alya yang berkulit putih, ditindih dan digagahi mereka yang berkulit gelap. Membayangkan kak Alya yang tak berdaya berusaha melayani penis-penis mereka membuatku semakin horni. Entah kenapa semakin aku membayangkan apa yang dialami kak Alya semakin cepat pulalah irama goyangan pinggulku, penisku juga menekan semakin kuat ke belahan pantat kak Alya.
“Uugh.. kak Alya..”
“Hihi.. kamu ngebayangin apa sih dek? Ngebayangin kak Alya dientotin orang lain yah dek?”
“Kak Alya nakal nih.. Uughh.. Kak Alya..” aku mulai meracau tak jelas dan gesekanku semakin cepat.
“Adeek.. suka berfantasi kakak dicabulin orang lain yah dek? Emang kalau beneran terjadi kamu pengen lihat?” suara kak Alya makin kemari makin lirih dan menggoda.
“Kak Alya nakal! Adek udah mau keluar.. kaak!”
“Terus deek.. entotin kakak dek.. teruss..” kak Alya terus menggodaku sampai akhirnya aku muncrat dan menekan otongku kuat-kuat ke belahan pantatnya yang montok dan putih itu dibalik celana pinknya hingga basah oleh pejuhku. Setelah membuang semua pejuhku ke pantat kak Alya, aku ambruk di punggungnya sambil sesekali meremas-remas susu kakakku.
“Udah dek? Udah hilang kan pusingnya?” kak Alya bertanya setelah membantuku melampiaskan hal yang tak tertahankan. Kakakku benar-benar nakal. Selalu membawaku mengkhayalkan yang tidak-tidak tentangnya.
“Hehe.. udah belum yah kaak?” candaku mengikuti gaya kak Alya.
“Ooh.. jadi adek mau lagii?”
“Iyah kak.. mau.. mau..” jawabku bersemangat. Aku lalu melihat kak Alya bangkit dari duduknya, sedang aku dengan setia menanti apa yang akan diperbuat oleh kakakku yang seksi ini.
“Lihat deek.. jangan ngedip yah..” kak Alya dengan gaya nakal seperti seorang striptease perlahan-lahan memelorotkan celana pendek pinknya. Aku memandang dengan tertegun. Kak Alya memelorotkan celananya yang tidak memakai dalaman apa-apa lagi di baliknya. Bagian bawah tubuhnyapun terpampang bebas di hadapanku, adik laki-lakinya. Aku yang baru saja memuncratkan pejuhku pada kakakku mendadak penisku bisa mengeras kembali. Aku bisa melihat dengan jelas bulu-bulu halus yang tumbuh di atas vagina kakakku yang tembam. Memang tidak sekali aku pernah melihat vagina kakakku sendiri entah di saat sengaja atau tidak. Tapi disuguhi seperti ini aku merasakan sensasi yang sangat berbeda. Kakakku sendiri sedang menggodaku, dan..
“Nih, pejuhin lagi celana kakak! Sekalian cuciin ya.. bau tuh pejuh adek, hihi..” kak Alya melemparkan celana bekas kupejuin tadi ke mukaku.
“Iih! Kakak! Main lempar ke muka aja!” teriakku kesal. Dia hanya tertawa, lalu berlenggang dengan santainya keluyuran di dalam rumah dengan kondisi seperti itu tanpa memakai bawahan sama sekali, hanya memakai tanktop saja. Sungguh pemandangan yang membuat penisku kembali ngaceng maksimal. Untung saja hanya aku yang melihatnya, tak dapat ku bayangkan bila ada orang lain yang melihat kondisi kakakku seperti sekarang ini. Untuk seorang kak Alya yang dikenal sopan, ramah, baik dan selalu memakai jilbab bila di luar rumah, tentunya akan menjadi hal yang sangat berlawanan dengan apa yang sedang dilakukannya sekarang.
“Permisii! Sedekahnya Paak.. Buu..!” tiba-tiba terdengar teriakan orang peminta sumbangan di luar rumah kami.
“Adek! Ada yang minta sumbangan tuh..”
“Iya, aku juga denger kali kak..” dari yang kudengar sepertinya seorang bapak-bapak tua yang berdiri di luar pagar rumah kami.
“Sana gih kasih sumbangan ke Bapak itu dek..” kak Alya menyuruhku keluar untuk memberi sumbangan.
Melihat kondisi kak Alya yang hanya memakai tanktop putih dan tak memakai bawahan apa-apa, serta aku yang masih memegang celana pendek kak Alya, tiba-tiba terbesit pikiran iseng untuk kakakku.
“Gak ah! Kak Alya ajah yang kasi sumbangan, hehe..” tantangku iseng ke kak Alya. Aku sungguh penasaran kalau memang kak Alya mau menerima tantanganku untuk memberi sumbangan ke Bapak itu tanpa mengenakan bawahan apa-apa. Walau dibatasi oleh pagar yang tingginya seatas dadaku kak Alya, tetap saja membayangkan kakakku yang bening dan putih itu menemui bapak peminta sumbangan itu membuat darahku berdesir dan tubuhku panas dingin.
“Hmm? Gak pake celana kayak gini dek? Huhu.. Adek pengen liat yah kakak cuma pake ginian nemuin bapak itu diluar?” tanyanya dengan lirikan menggoda.
“Adeek.. liat kakak yah.. kakak penuhi lagi fantasi adek.. hihi..” seraya kak Alya membuka pintu depan sambil berekpresi imut dengan mengedipkan sebelah mata dan menggembungkan pipi satunya. Aku hanya bisa memegang otongku yang mulai mengeras melihat tubuh seksi kak Alya dengan aurat yang terbuka bebas pada bagian bawahnya. Kak Alya yang selalu berpakaian tertutup dan memakai kerudung, kini akan menemui orang asing dengan vagina dan paha terpampang kemana-mana. Ugh, kak Alya benar-benar nakal!
Aku lihat kak Alya melongokkan kepalanya keluar saat pintu depan dibuka, kelihatannya dia sedang melihat-lihat apakah suasana di luar sedang ramai atau tidak. Sedangkan aku, masih saja terus asyik memperhatikan bagian belakang tubuh kakakku. Sungguh beruntung aku sebagai adeknya bisa melihat semua ini, bahkan cowok kak Alya saja kurasa tidak pernah melihat kondisi kakakku seperti sekarang ini. Yang mana sebentar lagi kak Alya akan keluar memberi sumbangan kepada peminta-minta, dengan hanya mengenakan atasan tanktop saja! Ugh, membayangkannya saja sudah membuat kepala atas dan bawah terasa panas dingin, aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti.
"Adeek.. liatin kakak yah.. Hihihi.."
Kak Alya yang selesai memperhatikan keadaan sekitar segera berjalan keluar, melewati teras rumah, dan langsung menuju ke pagar rumah kami!
Aku memperhatikan dengan tegang dari balik pintu yang sengaja sedikit kubuka untuk mengintip. Kak Alya benar-benar keluar cuma pakai tanktop putih saja. Tidak memakai bawahan apapun sama sekali. Kak Alya berani banget! Bener-bener nakal nih Kak Alya. Mana jalannya pakai lenggak-lenggok sambil sesekali menoleh ke arahku dan mengedipkan matanya. Entah Pak Tua itu melihat atau tidak, karena dari yang kulihat, tinggi badan Pak Tua itu hanya sedikit di atas batas atas pagar rumah kami. Untungnya sisi tengah pagar kami ditutupi plastik fiber berwarna gelap, jadi badan bawah kak Ochi tidak terlihat jelas. Sepertinya.
"Iya Pak.. ada yang bisa saya bantu?" suara kak Alya merdu banget saat menyambut orang itu dari balik pagar. Orang tua berpakaian kemeja putih dan membawa map.
"..Ehm.. Eh, iya non.. anu.. maaf mengganggu.. saya dari Yayasan Penampungan Anak-Anak Terlantar, non.. Adapun kedatangan saya untuk meminta sumbangan dari si non.. seikhlasnya.." si Bapak peminta sumbangan itu yang berbicara dengan bahasa sok rapi mendadak gelagapan melihat kak Alya. Siapa sih yang tidak salah tingkah melihat kak Alya? Apalagi kak Alya kini mengikat rambutnya dengan mengangkat kedua tangannya, hingga otomatis dadanya terlihat membusung maju kedepan. Kakakku seakan sengaja memberikan pose dan tontonan gratis bagi Orang itu.
"Panggil Alya saja Pak.."
"Oh iya.. non Alya.. hehe.. sampai lupa memperkenalkan diri, nama saya Pak Amin.."
"Pak Amin, Alya nyumbangnya berapa yah?"
"Aduh non Alya.. berapa ajalah kalau dari si non, seikhlasnya.. ini sih, demi anak-anak terlantar juga non.. hehe.." jawab orang tua itu cengengesan, terlihat kumisnya yang mulai ubanan melebar tersungging. Dasar muka mesum! Matanya mulai jelalatan kemana-mana ngelihatin kakakku ini.
"Berapa aja atau apa aja nih Pak? Hihihi.."
Sambil sekilas melirik kearahku kak Alya bertanya padanya dengan menyilangkan kedua tangannya dibawah dadanya sehingga 2 susu kak Alya yang hanya terbalut tank top putihnya seperti mau menyembul kedepan. Gila kak Alya, berani amat mamerin susu dan cetakan pentil di depan orang itu. Baru saja aku memuntahkan pejuhku, kini sudah ada dorongan lagi untuk onani. Aku benar-benar tak tertolong.
"Hah? Anu neng.. eh, non.. berapa aja juga boleh.. kalo apa aja juga boleh kok, hehe" senyumnya makin lebar tuh orang. Pasti isi kepalanya udah terisi dengan bayangan yang engga-engga tentang kakakku..
"Hihi.. ya udah, yang berapa aja dulu deh Pak… Ini Alya mau sumbangin lima puluh ribu.. tapi Alya adanya uang seratusan Paak?" kata kak Alya yang sengaja memanja-manjakan suaranya. Kakakku ini ngapain sih!?
"Ooh.. sini Bapak tukarkan dulu deh.. kebetulan ada warung di dekat sini.. nanti saya kembali lagi ya.." tiba-tiba si Bapak itu sudah pergi untuk memecahkan uang kak Alya.
Aku dapat bernafas lega untuk sesaat. Sungguh melihat mereka tadi berdua ngobrol membuat perasaanku tak menentu. Bagaimana tidak? Orang tua peminta sumbangan diladeni oleh kak Alyaku yang bokong dan paha putihnya terpampang kemana-mana. Aku sempat melihat si Bapak tadi agak menjinjitkan kakinya sesekali, entah ia tahu atau tidak kalau kak Alya tidak mengenakan apa-apa lagi dibawah. Entah bagaimana kalau kak Alya benar-benar bugil di balik pagar.
"Adeek!" kak Alya membuyarkan lamunanku. Kak Alya menoleh kearahku dengan tatapan nakal dan tersenyum genit.
Dengan sengaja tanpa melihat lagi keluar pagar, kak Alya tiba-tiba mengangkat tank top sampai keatas dadanya. Sambil menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri kak Alya memamerkan susunya kepadaku. Dua susu putih nan indah dan montok itu bergoyang-goyang. Masih belum habis kagetku, Kak Alya kemudian mengangkat tanktopnya lagi sampai melewati kepalanya dan lolos dari tubuhnya, lalu disampirkan sembarangan di atas pagar. Kakakku benar-benar bugil! Hal yang tak kukira sebagai khayalan saja kini benar-benar terjadi! Ooh, kak Alyaku benar-benar mewujudkan fantasiku.
Masih dengan keadaan telanjang bebas, kak Alya bergaya imut dengan menempelkan telunjuknya pada pipinya yang digembungkan. Uugh! Kak Alya benar-benar imut, bikin aku gemes banget, tapi juga nakal. Adek sendiri dibikin tersiksa.
"Adeek.. Hihi.. ayo dek! Kocok yang kuat.. go go!" kak Alya memberi semangat padaku dengan gaya imutnya dan suara pelan mendesah sambil terus bergaya seksi di luar.
"Uugh.. Kak Alya.. kakak nakal banget sih.. aku jadi gak kuat nih kaaak.." aku meracau sambil mengocok kontiku. Tiba-tiba kemudian aku melihat kepala seseorang mendekati pagar rumah kami. Bapak tua itu sudah kembali! Tapi… kak Alya belum memakai tanktopnya..!?
"Ini non kembaliannya lima puluh ribu.. maaf yah, Bapak agak lama tadi.. Hah?" tiba-tiba orang tua itu seperti kaget. Walau hanya bisa melihat kak Alya sebatas pundak keatas, pastilah ada yang berbeda dari penampilan kak Alya.
"Ada apa Pak Amin? Hihi.. Pak Amin simpan aja yah kembaliannya.." jawab kak Alya santai. Sepertinya kak Alya tau kalau Pak Amin sadar ada sesuatu yang berbeda dari kak Alya.
".. Eeh.. anu non.. uang saya.. eh, uang non Alya.." pastilah orang itu menyadari kak Alya yang tadinya kelihatan ada tali pundak tanktopnya, sekarang sudah tidak ada. Entah orang tua itu tau atau tidak, tapi melihat kak Alya tanpa tali pundak tanktop, kak Alya seperti sedang bugil di hadapan pria tua itu. Duh, kakakku ini, dia nggak takut diperkosa apa? Kak Alya bener-bener nekat.
Sambil mereka tetap mengobrol, si bapak itu mencoba untuk memajukan badannya mendekati pagar. Sepertinya dia mau mencoba melongok ke dalam dan melihat kak Alya secara utuh. Tapi kak Alya sengaja maju mendekat ke bapak itu sehingga bapak itu sungkan dan mundur lagi. Aduh kak Alya… Aku antara rela dan tak rela kalau kak Alya sampai dilihat bugil olehnya, tapi kocokan di otong semakin kuat melihat kak Ayla meladeninya sambil tetap bergaya centil.
Saat kak Alya berposisi adak dekat dengan si bapak itu, mereka berbicara agak pelan. Aku tak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.
"Ya udah, Pak Amin simpan saja yah.. kan mereka lebih membutuhkan dibanding Alya"
"Anu non, hehe.. makasih banyak yah.. udah baik, ramah, cantik lagi si non, hehe.. aduh si non.."
"Kenapa Pak?"
".. Eh, engga non.. ini.. saya kalau begitu mau pamit aja yah.. permisi non.." Pak tua itu sudah mau pergi.
"Hihi.. iya deh, kasian Pak Aminnya juga.."
"Hah?" aku dan orang tua itu sepertinya sama-sama kaget dengan tembakan langsung kak Alya.
"Pak Amin.. kebelet kan dari tadi? Hihi.. asal jangan dibuang sembarangan ajah ya Pak? Entar keinjek orang loh.."
"Eh.. iya neng..anu.. mari, bapak permisi.." si bapak itu dengan salah tingkah pergi meninggalkan kak Alya sendiri. Telanjang di luar di balik pagar. Setelah bapak itu pergi kak Alya yang masih berdiri di dekat pagar kembali menoleh kearahku.
"Adeek.. udah liatnya?" tanya kakakku dengan nada manja menggoda.
"Udah kak.."
"Adek suka?"
"Suka kak.."
"Mau dikeluarin dek?"
"Mau banget kak, aku udah ga tahan nih! Uugh!" aku masih sambil terus mengocok menunggu kak Alya untuk kembali masih ke rumah. Tapi kak Alya masih gak beranjak juga dari tempatnya. Dia malah menyandarkan punggungnya pada pagar tempat kak Alya ngobrol dengan orang tua tadi.
"Sini donk dek… Masa kakak yang kesana sih? Emang adek ga mau ngeliat kak Alya telanjang di sini?"
Duh kak Alya… kakakku ini memang suka banget mancing-mancing kalau aku sudah tanggung begini. Akupun yang seperti orang bodoh segera bergegas mendatangi kak Alyaku yang seksi sambil masih membawa celana pink kak Alya yang belepotan pejuhku tadi.
"Kak.. kalau dikeluarin di dalam mulut kak Alya boleh nggak? Hehe" pintaku untung-untungan.
"Hah? Jangan donk... masa burung adek sendiri dimasukin ke dalam mulut kakaknya siih? Nakal nih adeknya…"
"Abisnya, kakak juga yang nakal, godain aku terus.. Ya kak.. boleh ya… Pleasee.." Sambil terus merayu aku pasang tampang memelas, siapa tahu berhasil. Walau dengan melihat kak Alya bugil di depanku seperti ini saja sudah bikin aku sangat tidak tahan. Hanya dalam hitungan detik bisa saja aku meledak dan muncrat kemana-mana lagi.
".. Teruus.. nanti mulut kakak juga dipipisin sama pejuh adek? Gitu?" sambil dengan gaya centil menunjuk bibirnya merah imutnya yang dimanyunkan itu. Aku sudah hampir gila menahan ledakan otongku, tapi tetap terus ku tahan. Aku tak mau meledak duluan sebelum tercapai keinginanku untuk dilumat otongku oleh kak Alya.
"Uugh, kak Alya.. nakal niih.. boleh ya kaak?"
"Gak mau ah dek.. kalo ketelan sama kak Alya gimana dek?"
"Please ya kaak.."
"Hihi.. kasian banget sih kamunya dek.. disini aja yah.." kata kak Alya kemudian berlutut di hadapanku sambil membusungkan dadanya di depan penisku yang sedang kukocok terus dari tadi.
"Didada kakak??" Ugh…
Sambil berlutut kak Alya melihatku dengan wajah sayu. Menunggu semprotan pejuhku ke dadanya.
"Bayangin deh dek… kalo Pak Amin tadi ngeliatin kakak telanjang kayak gini.. Hihi.. Kakakmu ini bakal diapain ya?"
".. Uugh.. kakak pasti diperkosa.. apalagi orang tua itu pasti belum pernah liat cewek cantik dan seksi yang menggoda kayak kak Alya.." jawabku sambil terus mengocok kontiku.
"Gitu yah dek? Berarti kakak kandungmu ini bakal dientotin donk sama bapak-bapak tua itu dek? Hihi.. kebayang gak sih dek, kakak yang masih muda dan putih ini, ditindih sama bapak yang udah tua dan item itu?"
"Uugh! Abisnya kak Alya sih nakal!"
"Trus sambil kakak dientotin sama bapak itu, kakak bilang gini sama adek, ‘Adeek.. kakak dientotin nih sama bapak ini, katanya kakak mau dihamilin tuh dek.' Hihihi..."
".. Arrgh, kakak!" kocokanku semakin liar.
"Mana tadi kakak bilang sama bapak itu, dek.. kalau mau minta sumbangan uang atau pakaian datang aja lagi kesini, gitu dek.. apa kakak sumbangin diri kakak aja yah dek? Hihi.."
"Kak Alyaa! ARRGHH!"
“CROOOTS!” Semburan pejuhku muncrat mendarat di atas dada kak Alya. Sebagian muncrat sampai ke leher dan dagu kak Alya. Memang tidak begitu banyak seperti sebelumnya, tapi sensasinya onani di depan kakaku sambil membayangkan semua yang kak Alya ucapkan tadi membuatku masih tubuhku kejang dan bergetar walau sudah tak mengeluarkan pejuh lagi.
Sedang kak Alya dengan mata sayunya masih terus menatap wajahku yang baru saja dilanda setruman orgasme.
Sambil melap pejuh di dadanya dengan celana pink yang diambilnya dari tanganku, kak Alya mencolek sperma kentalku yang mampir di dagunya dengan ujung telunjuknya. Lalu dengan pandangan sayu, kak Alya melihatku sambil memasukkan ujung jarinya yang belepotan pejuh ke dalam mulutnya. Sungguh seksi kak Alyaku ini.
"Hoek! Gak enak! Nih.. buat nambahin kerjaan adek, cuci ampe bersih!" untuk kedua kalinya kak Alya melempar celananya yang belepotan pejuhku itu kemukaku. Mimpi apa aku harus mencium bau pejuhku sendiri, dua kali dalam sehari! Tapi kalau setelah ngecrotin kak Alya sih, aku mau-mau saja. Tapi tetap saja aku merasa risih dengan pejuhku yang mampir ke mukaku ini.
"Iiihh! Kak Alyaa!" Aku berteriak sambil mengejarnya sampai kedalam rumah karena melempar celana itu ke mukaku.
"Hahaha! Bersihin donk adek, udah ngotorin masa ga mau bersihin.. Hihi.. udahan ah ngejarnya.. capek tau" ujar kak Alya yang setelah dia kelelahan duduk di ruang keluarga dengan tetap bertelanjang badan.
"Kak…”
“Hmm? Apa dek?”
“Kakak serius tadi bilang ke bapak itu supaya balik lagi kalau mau minta sumbangan?" tanyaku yang masih penasaran.
"Umm.. iya dek.. emang kenapa?" tanya kak Alya balik dengan lugu, padahal aku kan tidak rela kalau dia kembali lagi, si Pak tua bermuka mesum itu. Berani-beraninya mau melongok kedalam pagar supaya bisa melihat tubuh polos kakakku.
"Ya ngga pa-pa sih kalo emang buat sumbangan.. tapi tampangnya itu, mesum.."
"Hihi.. iya tuh, kayak adek.. sebelas-dua belas sama si bapak tadi kalo dijejerin, hihi.." sialan nih Kak Alya, masa aku disamakan dengan bapak tua itu. Tapi siapa juga yang tahan kalo liat kak Alya seperti ini. Udah cantik, putih, seksi, telanjang pula.
"Ah! Kakak tuh sukanya godain aja!" aku pura-pura marah sambil maju dan memeluknya.
Seperti biasa kak Alya tertawa cekikikan dan merasa tidak keberatan sama sekali kuperlakukan seperti ini. Kakakku yang baik dan cantik. Kakakku yang seksi dan suka menggoda.
Tapi aku masih kepikiran satu hal. Ngapain sih kak Alya nyuruh orang itu kesini lagi? Apalagi yang ngajak orangnya kayak kak Alya, malahan dengan penampilan seperti tadi membuat si Bapak tua tadi pake ngintip-ngintip kedalam. Aku yakin tentu saja dia pasti akan datang lagi.
"Oiya dek.. tanktop kakak yang tadi kakak taruh di pagar kok ngga ada yah?"
"Hah?! Serius kak?"
"Kak..." panggilku.
"Hmm? Apa dek?"
"Malam ni tidur bareng lagi yuk...”
"Tidur bareng? Kamu udah ngantuk emangnya?"
“Belum sih kak… pengen guling-gulingan sama kakak aja sampai ngecrot, hehe”
“Huuu… ngecrot, ngecrot… enak aja! Kan kemarin malam adek udah bobok di kamar kak Alya?”
“Hehe.. iya sih kak, abisnya kebayang terus sama yang kemarin siang” Aku mengingat kejadian hari sebelumnya di mana kak Alya nekat menemui peminta sumbangan dengan telanjang badan. Walau hanya berdiri di balik pagar yang tertutup plastik fiber hitam, tetap saja apa yang dilakukan kak Alya membuatku tegang dan panas atas bawah. Itu saja baru berdiri di balik pagar dan masih di dalam halaman rumah kami, entah bagaimana kalau kak Alya sampai nekat bertelanjang badan sampai keluar rumah. Dan membayangkannya saja sudah membuat penisku menegang sangat keras hingga malamnya aku tak tahan dan mengerjai kakakku di kamarnya. Apalagi kalau bukan karena nakalnya kakak kandungku..
“Males ah! Bed cover sama celdam kesukaan kakak ampe kotor tuh belepotan peju kamu, awas ya ngga dicuci! Kakak ngga bolehin kamu ngecrot lagi.. huuu..” ledek kak Alya dengan gaya manyunnya yang imut itu. Oh, kak Alya.. Kenapa aku harus jadi adekmu sih kak?
“Kan adek udah janji bakal cuciin semuanya kak.. mau ya kaak..?”
“Hihihi.. bolehin gak yaah?”
“Hehe, bolehin donk kaak?” tanyaku lagi. Aku betul-betul pengen pejuin kakakku yang cantik ini lagi seperti malam sebelumnya.
“Hihihi… dasar kamu tuh… Jadi kamu pengen ngecrot sebelum tidur yah dek?”
“Iya kak… pengen ngecrotin badan kak Alya pake peju aku, hehe”
“Dasar porno, kakak sendiri dicabulin terus, dipipisin lagi pake peju!”
“Abis kak Alya ngegemesin sih.. hehe..”
“Kayak semalem donk dek?”
“Hehehe.. iya nih kak.. Pleasee..”
“Bener nih cuma mau gitu ajah?”
“Hah? maksudnya kak?”
“Hmm… sekarang jam berapa yah?”
“Baru jam sebelas kak”
“Tuh… masih jam sebelas. Cepat banget sih kamu boboknya…”
“Biarin, lagian gak tahu pengen ngapain lagi”
“Pikiranmu nyabulin kakak terus sih… hihihi”
“Hehehe… kakak juga siih..”
“Hmm… jam segini di luar rumah udah sepi kan yah, dek?” tanya kak Alya sambil senyum-senyum manis.
“Iya kak, kenapa?”
“Buka celana kamu, terus lihat kakak yah dek…” ujar kak Alya mengedipkan mata. Aku yang bingung dia mau apa hanya menuruti saja perintahnya, akupun membuka celanaku dan langsung memgang penisku yang mulai menegang di depan kak Alya. Dengan senyum-senyum melihatku, kak Alya juga membuka celana legging ketatnya dengan perlahan di depanku, bagian bawah tubuhnya kini terbuka! Paha, pantat dan vaginanya yang tembam berbulu halus di atasnya terpampang bebas untuk dilihat. Semua kancing kemejanya juga dia buka sehingga buah dadanya jadi tergantung dengan bebas, tapi dia masih mengenakan jilbab!
“Nih dek… kakak kasih kamu bahan coli malam ini… nikmatin puas-puas yah dek” kak Alya dengan santainya berjalan ke luar rumah dengan kondisi seperti itu! Hanya memakai jilbab serta kemeja pink yang seluruh kancingnya terbuka. Susu kak Alya yang putih dengan puting coklat kemerahan bergoyang bebas kesana kemari. Kakakku betul-betul nakal. Akupun mengikutinya ke luar rumah sambil mulai mengocok penisku. Tapi tiba-tiba dia bilang…
“Adeeek…. Lihat yah, sekarang kakak bakal keluar pagar nih…”
“Hah? Ke..keluar pagar, kak? Tapi kalau dilihat orang gimana?” tanyaku heran, tapi dianya malah hanya tersenyum manis, lalu melangkah dengan santainya keluar pagar, kak Alyapun berdiri di tengah jalan dengan kondisi seperti itu, yang mana kakak kandungku ini hampir bertelanjang bulat! Badanku langsung lemas dan panas dingin melihatnya. Entah apa jadinya bila ada tetangga kami yang melihatnya. Jam segini lingkungan rumah kami memang sudah sangat sepi, tapi bukan berarti gak ada orang yang bakal lewat juga kan!?? Dan kocokan penisku juga makin cepat melihat pemandangan ini. Kak Alya yang hampir telanjang sedang berpose nakal di luar rumah kami.
Aku yang jadi cemas minta ampun dibuatnya karena tingkah binal kakakku ini. Berkali-kali aku celingak-celinguk untuk memastikan tidak ada orang yang lewat. Kak Alya sendiri malah mondar-mandir dengan santainya sambil sesekali melirik padaku, tersenyum manis dan juga berekspresi imut padaku. Sungguh bikin gemeeeeeesss.
“Adek…” panggilnya setelah beberapa lama dan mendekatiku kepagar rumah.
“I..iya kak?”
“Kakak sering bikin adek tersiksa yah?”
“Uhm.. Iya, kakak nakal..”
“Hihihi.. Kakak jahat donk sama adek?”
“Iya tuh.. Kak Alya selalu bikin burung aku sakit, pengen dicrotin terus tiap hari..”
“Kalo kakak jahat sama adek.. kakaknya dihukum donk dek?”
“Dihukum kak?”
“Iyah.. Sekarang kamu kunci kakak dari dalam yah…”
“Hah??????”
“Iya… kunci kakak, kurung kakak di luar, 10 menit aja… hihihi…” katanya lagi melirik nakal. Aku betul-betul terkejut mendengarnya. Dia meminta aku menguncinya di depan rumah dengan busana seperti itu!? Meski cuma 10 menit tapi kan tetap sangat beresiko. Ini betul-betul di luar fantasiku! Kakakku betul-betul nakal!
“Tapi… kalau ada apa-apa gimana kak?”
“Hihihi, Gak tahu deh, mungkin kakak bakal diperkosa habis-habisan kali yah dek… Pokoknya apapun yang terjadi kamu gak boleh buka pagarnya sebelum 10 menit yah… kalau kakak sampai diperkosa ya gimana lagi, kakak cuma bisa pasrah aja… hihihi” hah? Aku sungguh dibuat lemas mendengarnya.
“Adek! Tutup deeeeeekk… dikunci!” ujar kak Alya yang segera menutup pintu pagar. Aku entah kenapa betul-betul menuruti perkataanya untuk mengunci pintu pagar. Sekarang kakakku terkunci di luar sana. Entah apa yang akan terjadi selama 10 menit dari sekarang. Jantungku berdebar dengan kencangnya… Kak Alya…
“Kak… masih di sana kak?” tanyaku dari balik pagar.
“Eh, adek! Jangan ngintip!” teriak kak Alya pelan saat aku mencoba mendekat ke pagar untuk dapat melihat apa yang sedang kakakku lakukan di luar sana. Aku memang tidak bisa melihat dengan jelas karena pagar rumah kami ditutup fiber plastik berwarna gelap.
“I..iya… tapi kakak baik-baik aja kan?” tanyaku lagi.
“Iyah… kenapa sih? Belum 1 menit juga…”
“Iya sih.. tapi kan…” Duh… entah kenapa 10 menit ini terasa sangat lama. Aku sungguh panas dingin di sini. Membayangkan kakak kandungku yang cantik jelita dengan kondisi nyaris telanjang bulat dan terkunci di luar sana betul-betul membuat aku belingsatan. Ugh.. kak Alya.
“Kamu sendiri sedang apa dek? Lagi ngocok yah?” ujarnya.
“Iya kak.. sedang ngocok…”
“Hihihi… Kocok terus yah dek… Kamu bayangin gih… kakak yang sehari-hari bila keluar rumah selalu dikenal sopan dan memakai pakaian tertutup, sekarang nyaris telanjang bulat dan terkunci di luar pagar”
“Ugh… kak Alya…”
“Aurat kakak kebuka semua kayak gini dek.. vagina kakak, susu kakak… tapi masih pake jilbab. Gak tahu deh apa jadinya kalau ada tetangga yang lihat, hihihi…”
“Duh kak… jangan sampai tetangga lihat kak.. udah dong kak… masuk yah…” ajakku lagi sungguh berdebar-debar, tapi penisku tetap tegang luar biasa sambil terus ku kocok-kocok.
“Kalau kakak teriak, kira-kira apa yang bakal terjadi yah dek? Hihihi”
“Hah? Kak… pliss… jangan!”
“Aw!” teriak kak Alya pelan yang kemudian tertawa cekikikan.
“Kak… jangan teriak-teriak!” Gila, aku sungguh panas dingin. Kalau sampai para tetangga terbangun dan melihat keadaan kak Alya, entah apa yang akan terjadi.
“AAWW!” Teriaknya lagi lebih keras.
“Kak… please…… jangan….”
“AAAAAWW!” teriaknya semakin keras. Sumpah! Jantungku mau copot rasanya.
“Kak… please stop… please….” Lututku betul-betul lemas.
“Hihihihi… iya deh iya… tapi dek…” ujarnya kemudian.
“A..apa kak?”
“Kayaknya ada yang datang deh…”
“Hah?? kak… masuk kak! Aku buka yah pagarnya…” tawarku cemas.
“Jangan dek… udah kakak bilang apapun yang terjadi jangan dibukain… dan jangan ngintip yah…” katanya memperingatiku.
“Tapi kan kak…” Jantungku betul-betul berdebar dengan cepat. Tapi terdengar kalau Kak Alya malah melangkah semakin menjauh ke arah jalan untuk melihat siapa yang datang. Duh… kak… jangan bikin aku mati lemas dong…
“Makin deket dek… adek…. Makin deket!” Ujar kak Alya pelan dari kejauhan yang malah terkesan sangat antusias bila ketelanjangannya terlihat oleh orang lain, sedangkan aku di sini mati kecemasan. Nafasku tertahan. Apakah akan ketahuan…? Oh… kak Alya…..
“Hihihi… Cuma anjing lewat kok dek…” ujarnya kemudian menjawab rasa penasaranku. Fiuuuuuuuuuuuuuh… lega mendengarnya.
“Udah… kamu masuk gih ke dalam rumah… masih lama lho 10 menit” ujarnya yang terdengar semakin menjauh dari pagar rumah.
“Kak… kak Alya! Kakak mau ngapain? Jangan jauh-jauh kak!” teriakku tertahan.
“Kakak mau… pipis…” ucapnya centil.
“Hah? Pipis???” Gila! Kak Alya mau kencing di luar sana!?? Tak lama kemudian terdengar suara air mengucur di sebelah sana. Sepertinya di seberang jalan, kalau gitu berarti kak Alya… pipis di depan rumah tetangga kami! Rumahnya Pak Haji Somad!
Lemas rasanya badanku….. Ini semakin melebihi fantasiku. Bahkan belum 5 menit. Oh… apakah yang akan terjadi selanjutnya….
Aku sungguh tidak mengira kakakku akan senekat itu. Entah apa yang terjadi bila keluarga Pak Somad melihat kelakuan kak Alya, kakakku yang mereka kenal sangat sopan, kini sedang pipis sembarangan di depan rumah mereka. Tapi sepertinya yang aku takuti itu tidak terjadi, mudah-mudahan juga tidak meninggalkan bau pesing besok paginya. Sekarang aku hanya bisa berharap agar kakakku segera kembali ke rumah.
“Kak… kak Alya!” teriakku pelan berusaha memanggil kakakku.
“Dek… kamu kok masih di sana aja sih? Masuk gih ke dalam rumah” suruhnya yang terdengar kembali mendekat ke arah pagar.
“Terus kakak mau ngapain lagi? Udah dong kak… masuk please…” bujukku.
“Hihihi… kamu ini… Kan belum 10 menit dek…”
“Kak… please… udahan dong…” bujukku terus. Aku betul-betul tidak kuat. Kakak kandungku yang cantik ini terkunci di luar sana sendirian dengan kondisi busana yang sangat sembarangan. Aku tidak yakin 5 menit selanjutnya masih akan tetap aman seperti sebelumnya. Apa aku buka saja yah pagarnya dan menarik kak Alya masuk ke dalam? Seharusnya memang itulah yang mestinya aku lakukan, tapi entah kenapa aku malah terus membiarkan aksi kakakku di luar sana, malah aku sambil terus mengocok penisku pula. Penisku dari tadi tegang bukan main melihat dan mendengar aksi-aksi nakal kakakku. Aku tidak menyangka kalau kakakku sebinal ini.
“Kak… udah 10 menit nih…” ujarku berbohong karena aku ingin kakakku segera menyudahi aksinya. Aku sangat takut kalau ada orang yang akhirnya memergokinya.
“Hihihi… bohong kamu dek…”
“Be..benar kok kak…”
“Kakak kan bawa hape dek, belum 10 menit kok.. dasar adek tukang bohong, udah mesum pembohong lagi, hihihi” jawabnya cekikikan. Sial, ternyata dia bawa hape, aku gak merhatiin hal itu dari tadi.
“I..itu… tapi… masuk aja deh kak…”
“Kamu deg-deg kan yah dek? Sama, kakak juga kok… Tapi kan kamu jadi ada bahan buat coli dek, hihihi” jawabnya santai. Ugh… kak Alya baik amat, tapi gak perlu sampai sejauh ini juga kali. Walaupun fantasiku memang dibuat melambung tinggi sih karenanya.
“Dek, kamu bawa hape nggak?”
“Nggak kak, kenapa?”
“Kamu ambil gih ke dalam”
“Untuk apa sih kak?”
“Udaaaaah…. Kamu ambil aja gih…” suruhnya lagi. Dia mau apa sih? Tapi aku akhirnya masuk juga ke rumah dengan langkah cepat untuk mengambil hapeku.
Baru saja aku masuk ke dalam kamarku ternyata hapeku berbunyi. Kak Alya! Ngapain sih dia nelepon-nelepon segala? Aku yang penasaran segera mengangkat hapeku.
“Kak!” sahutku cepat di telepon.
“Hai adek…” sahutnya balik dengan irama merdu seperti tidak terjadi apa-apa.
“Ada apa sih kak? Kok pake nelepon segala!??”
“Hmm… kamu ngawasin kakaknya lewat telepon aja yah dek… pokoknya kamu di dalam rumah aja terus”
“Hah?? Enggak ah… aku mau temenin kakak di depan pagar, kalau perlu aku tarik kakak masuk ke dalam!” jawabku tegas.
“Kakak udah jauh nih dek… udah di depan rumahnya Buk Rahma” Jdar! Jantungku rasanya mau meledak mendengarnya. Di depan rumah Buk Rahma? Berarti kakakku sudah di ujung jalan! dengan kondisi pakaian seperti itu?? Ugh… kak Alya…
“K..kak…” panggilku lemas.
“Tenang aja... teleponnya gak bakal kakak tutup kok. Jadi adek bisa tahu apa yang terjadi. Kalau misalnya teleponnya terputus, itu artinya kakak udah diculik dan diperkosa dek, hihihi” Hah? Santai banget kak Alya berkata seperti itu. Aku yang jadi lemas mendengarnya.
“K..kak Alya…”
“Udah… kamu sedang di kamar kan? Baring aja gih di tempat tidur sambil terusin ngocokmu. Cukup bayangin aja kakak sedang ngapain. Asal kamu nggak ketiduran aja yah… Ntar kakak terkunci semalaman dong di luar, hihihi” ujarnya sambil cekikikan pelan. Ugh… ngebayangin kakakku semalaman terkunci di luar sana makin membuatku panas dingin. Seharusnya aku mengejar kakakku dan menariknya masuk, tapi aku malah menuruti omongannya untuk berbaring di ranjang sambil mengocok penisku.
“Kak… dimana?” tanyaku setelah beberapa saat kemudian.
“Hmm… hampir tiba dekat mini market dek, masih buka ternyata mini marketnya. Kamu mau kakak beliin coklat nggak dek?”
“Hah?? Nggak! Putar arah dong kak!”
“Hihihi.. iya iya… bercanda kok… nih kakak putar arah” Duh, kakakku ini. Bikin jantungku berdebar terus. Entah apa jadinya kalau kak Alya beneran belanja di sana dengan busana begituan.
“Eh, dek! Kayaknya orang yang jaga di dalam mini market ngeh deh dek!”
“Ah, serius kak!”
“Kalo orangnya nyusul kakak kesini gimana donk dek? Mana kakak cuman pake kayak gini.. ehmm, ternyata kakak putih banget yah dek? Hihihi..”
“Aarghh, kakak jangan nakal donk! Balik donk kak!”
“Hihihi.. iya adekku.. panik amat sih, paling dia juga ngira ngeliat hantu..”
“Iya, kalau hantunya kayak kak Alya pasti malah dikejar..”
“... terus kak Alya diperkosa deh.. kalau dia panggil temen-temennya kesini semua, gimana donk dek? Ada hantu cantik diperkosa rame-rame lho dek...”
“Ugh! Aku bakal susul kakak kesana, aku bakal..”
“Ngga usah adek! Adek cukup dengerin suara kak Alya lagi diperkosa lewat HP ajah.. Hihihi..”
“Aduh, cepet pulang donk kak!”
“Iya iya.. Dek, kamu pengen kakak bugil total atau terus dipake aja jilbab dan kemejanya?” tanyanya kemudian.
“Eh… di..dipake aja kak!” jawabku. Sebenarnya aku nyuruh dia tetap memakainya supaya gak jelas amat kalau kakakku sedang telanjang bila terlihat orang dari jauh. Walaupun tentunya aku gak berharap kakakku benar-benar akan terlihat oleh orang.
“Kak…” panggilku karena suasana sempat hening beberapa saat.
“Iya…”
“Lagi dimana sih kak? Buruan balik gih… udah hampir 10 menit nih… jangan bilang kalau mau nambah!?”
“Nggak kok… ntar kamunya betul-betul jantungan lagi, hihihi”
“Ya udah, buruan balik kak…”
“Iya iya….” Ugh, akhirnya. Aku betul-betul tersiksa di sini. Awas saja! Akan ku pejuin dia! Sambil dia berjalan balik ke arah rumah, kami terus ngobrol. Aku sengaja tanya-tanya terus dia lagi dimana untuk memastikan kalau kak Alya baik-baik saja. Akhirnya kak Alya berkata kalau dia sudah di depan pagar, teleponpun dimatikan. Aku segera bangkit dari ranjang dan menuju ke luar untuk menjemput kakakku.
“Kak… aku buka yah…” kataku dari balik pagar bersiap membuka kuncinya.
“Eh, belum pas 10 menit kan… masih ada 1 menit lagi nih... pokoknya harus pas 10 menit kamu kurung kakaknya di luar!” Duh, kak Alya.
“lima puluh detik lagi dek…”
“Kak… aku buka aja yah…”
“Jangan… 40 detik lagi kok dek… Hmm… dek, kayaknya ada tukang nasi goreng ke arah sini deh…”
“Hah??”
“Iya… tukang nasi goreng ke arah sini”
“A..aku buka pagarnya yah kak!”
“Belum adeeeeek… 30 detik lagi…” kakakku ini apa-apaan sih?? Apa dia gak takut apa!? tapi akupun lagi-lagi menurutinya saja untuk tidak membuka dulu kunci pagar.
Tic toc tic toc.. Ugh… ini betul-betul 30 detik terlama dalam hidupku.
“Dua puluh detik lagi dek… tukang nasi gorengnya makin deket dek… makin deket!” ujarnya pelan.
Ugh… kak Alya…
“10 detik lagi yah dek… Eh, kayaknya dia ngelihat kakak deh dek.. jalannya makin cepat ke sini”
“Hah??”
“Pokoknya jangan buka dulu!” ujarnya cepat seakan tahu isi pikiranku. Aku gemetaran di dalam sini, badanku lemas, jantungku berdebar tidak karuan.
“Udah dek! Buruan buka!” teriak kak Alya. Dengan secepat kilat aku buka buka kunci pagar dan menggeser pagar. Kak Alyapun segera masuk ke dalam dan jongkok bersembunyi di balik pagar sambil menahan tawa. Tidak lama kemudian tampak tukang nasi goreng itu lewat di depan rumah kami. Tepat waktu! Sungguh-sungguh tepat waktu! Kak Alya… kamu bikin aku jantungan!
“A..ada apa pak?” tanyaku pada tukang nasi goreng itu karena berhenti di depan pagar rumah kami.
“Itu… Kayaknya tadi ada cewek yang masuk ke rumah yah dik? Pake jilbab gitu… bapak pikir tadi dia mau beli nasi goreng” jawab bapak itu dengan wajah bingung celingak- celinguk berusaha melihat ke arah rumah kami. Aku melirik ke arah kak Alya yang berjongkok bersembunyi di sebelahku. Kak Alya menempelkan telunjuknya ke bibirnya dengan ekspresi imut, tanda supaya aku jangan ngomong apapun ke bapak itu.
“Eh, nggak kok pak… bapak salah liat mungkin” kataku pada bapak itu.
“Oh… iya juga kali yah.. Mana kayak ngga pake bawahan lagi, ngga mungkin lah ya dik?”
“Iya pak… mana mungkin, hehehe” padahal emang benar! Untung saja tepat waktu. Kak Alya sungguh nakal.
Akhirnya tukang nasi goreng itupun pergi, walau masih sempat melongok kesana sini, jangan-jangan nih tukang nasi goreng yakin dengan apa yang dilihatnya. Tapi paling tidak Aku bisa bernafas lega sekarang. Kak Alya yang kini berdiri melihat kepergian tukang nasi goreng itu tertawa dengan lepasnya. Duh… kakakku ini.
“Hihihihihi… hampir aja yah dek…”
“Kak Alya nekat! Kalau ketahuan gimana coba?”
“Ya kakakmu pasti diperkosa sama dia kayaknya dek, hihihi” ujarnya sambil berlari kecil masuk ke dalam rumah. Sungguh bikin gemes! Segera ku kejar dia ke dalam. Ku peluk dia, dan ku jatuhkan ke atas sofa.
Aku cium kakakku yang cantik ini sejadi-jadinya, sampai-sampai kami jatuh terguling menggelinding ke karpet. Kak Alya hanya tertawa geli menerima perlakuanku. Ku peluk erat kakakku sambil pinggulku ku goyang-goyangkan sehingga penisku bergesekan di pantat bulatnya. Dia harus kena pejuku!
“Kakak nekat banget… kak Alya nakal…” erangku sambil makin mempercepat gesekan penisku di belahan pantatnya.
“Ngh… tapi kamu suka kan dek… sshh… pelan-pelan…”
“Ugh… kak Alya…”
“Kamu bayangin gih dek, kalau misalnya kakak tadi ketahuan, si bapak tadi langsung nindih kak Alya dari belakang”
“Uugh.. Kak Alya…..”
“Terus dengan kontol itemnya, kakak kandungmu ini dientotin gila-gilaan sama bapak itu”
“Kakak..”
“Bayangin deh, kakak dientotinnya sambil tetap make kemeja dan jilbab ini dek… hihihi”
Gak kuat lagiiiiiiii…..
“Croooottttttttt” pejuku muncrat-muncrat berhamburan di pantat bulatnya yang putih dan montok. Badanku langsung lemas dibuatnya. Akupun terengah-engah ambruk menindih tubuhnya. Malam ini sungguh menegangkan. Yang awalnya hanya membayangkan saja kalau kak Alya bertelanjang keluar rumah, malam ini kak Alya benar-benar mewujudkan fantasiku.
“Dek..”
“Ya kak?”
“Lain kali coba semalaman yuk…”
“Hah?? Nggak!”

1 komentar:

  1. AYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI

    HUBUNGI KONTAK KAMI :
    BBM : D8E23B5C
    WHAT APPS : +85581569708
    LINE : togelpelangi
    WE CHAT : togelpelangi
    LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET

    SALAM JACKPOT DARI KAMI :)

    BalasHapus